Ekonomi RI Dihantam Covid-19 Bank Makin “Gemuk”

Ekonomi RI Dihantam Covid-19 Bank Makin “Gemuk”

Jakarta (BERITAINFORMASIcom) Pandemi Covid-19 membuat perbankan di Indonesia gemuk. Tidak hanya dari sisi likuiditas akan tetapi juga keuntungan dari berbagai unit bisnis.

“Sebetulnya bank sedang gemuk bukan dari DPK (Dana Pihak Ketiga) tapi inflasi dan lending margin juga baik,” ungkap Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam webinar, Rabu, 29 September 2021

Dalam kesempatan tersebut, Airlangga mendapati Tigor M. Siahaan selaku CEO Bank CIMB Niaga yang turut hadir dalam acara webinar tersebut tengah tersenyum.

“Pak Tigor senyum-senyum terus padahal pandemi Covid-19,” ujarnya.

Besarnya likuiditas perbankan dipengaruhi oleh kebijakan Bank Indonesia (BI) yang memberikan berbagai kelonggaran, dari penurunan suku bunga acuan hingga makroprudensial. Walaupun tidak diikuti penurunan bunga kredit yang signifikan oleh bank.

Di sisi lain, permintaan yang rendah membuat kredit tidak tersalurkan. Kebanyakan perbankan akhirnya malah ikut dalam pemberian Surat Berharga Negara (SBN).

Airlangga meminta perbankan untuk ikut membantu pemulihan ekonomi. Selain penyaluran kredit, perbankan sebagai korporasi bisa ikut membantu mengurangi kemiskinan lewat Corporate Social Responsibility (CSR).

“Kita harus menurunkan kemiskinan, maka dari itu stakeholder dan korporasi diharapkan bisa membantu lewat penyaluran CSR,” ujarnya.

Kondisi Ekonomi Terkini

Airlangga memaparkan kondisi ekonomi sudah kembali ke proses pemulihan setelah tertahan akibat serangan virus corona varian delta.

“Saat pandemi mereda maka pertumbuhan ekonomi bisa tinggi, saat pandemi menyerang itu terpaksa ekonomi tertahan. Ini adalah cost yang harus ditanggung karena ini bagian dari harmonisasi antara gas dan rem,” jelasnya.

Defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) dalam kondisi yang terkendali rendah di level 0,7% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Cadangan Devisa mencapai US$ 144,8 miliar dan neraca perdagangan juga surplus tertinggi sepanjang sejarah.

Pemerintah juga mencatat penurunan dalam yield obligasi pemerintah dan rasio utang luar negeri yang berada pada level aman. Inflasi kini terjaga di level 1,57% dan diharapkan bisa terkendali 2-4% hingga akhir tahun.

“Tentu kebijakan tapering AS menjadi concern, tapi kita memiliki cukup kekuatan untuk menghadapi itu,” pungkasnya.(Na/Bi/Sa/Ry)

banner 468x60

No Responses

Tinggalkan Balasan